MAKALAH ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SISTEM REPRODUKSI DAN
PERKEMBANGAN ANAK
Disusun oleh :
1. Anton
Fathoni
2. Elvitiana
3. Lutfiana Pradita
4. M. Dhany Rachman
5. Subekti Latif
6. Yuda Pandu Nova
S1 KEPERAWATAN (B)
STIKES PEMKAB JOMBANG
2012-2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
inayah serta nikmat yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM
PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN”
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak penulisan
makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan hingga terselesainya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing.
Penulis berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan makalah ini
semaksimal mungkin, akan tetapi kami juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak senantiasa kami harapkan untuk
menyempurnakan pembuatan makalah ini dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridha’Nya
sehingga makalah ini .dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan yang
menulis khususnya.
Jombang,26 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul .........................................................................................................
Kata
Pengantar .........................................................................................................
Daftar
Isi ..................................................................................................................
Bab I
Pendahuluan.....................................................................................................
1.1 Latar
Belakang...............................................................................................
1.2 Rumusan
Masalah .........................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................
Bab II
Pembahasan....................................................................................................
2.1 Pengertian Masyarakat ......................................................................... .........
2.2 Pengertian Budaya.........................................................................................
2.3 Perubahan Sosial Budaya..................................................................... .........
2.4 Pengertian
Reproduksi Sosial.........................................................................
2.5 Proses
Lahirnya Teory Reproduksi Sosial......................................................
Bab III
Penutup ............................................................................................... .........
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... .........
3.2 Saran ..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Secara umum masalah pendidikan
merupakan masalah yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari
seluruh rangkaian kehidupan manusia. Kebanyakan manusia memandang pendidikan
sebagai sebuah kegiatan mulia yang akan mengarahkannya pada nilai-nilai
kemanusiaan. Pendidikan merupakan suatu perbuatan, tindakan dan praktek.
Namun demikian pendidikan tidak dapat diartikan sebagai satu hal yang mudah,
sederhana dan tidak memerlukan pemikiran, karena istilah pendidikan sebagai
praktek, mengandung implikasi pemahaman akan arah dan tujuan. Proses pendidikan
bukan hanya sekedar lahiriah dan suatu perilaku kosong saja. Pendidikan
diarahkan untuk mencapai maksud arah dan tujuan ke arah sikap, perilaku dan
kemampuan serta pengetahuan yang diharapkan akan menjadi pegangan bagi anak
didik dalam melaksanakan tugas hidupnya secara bertanggungjawab dan dapat
menjadi manusia seutuhnya sebagaimana tujuan yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan Masyarakat ?
2. Apakah
yang dimaksud dengan Budaya ?
3. Apakah
yang dimaksud dengan perubahan social budaya ?
4. Apakah
pengertian dari reproduksi sosial?
5. Bagaimanakahproses
lahirnya teori reproduksi sosial?
1.3
Tujuan
1. Agar
kita mengetahui apa saja aspek aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku
kesehatan.
2. Pengertian
reproduksi sosial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MASYARAKAT
Manusia
merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta
alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan,
keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya.
Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam
suatu masyarakat. Adapun pengertian masyarakat menurut para ahli antara lain :
1.
Menurut Selo Sumardjan masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.
Menurut Karl Marx masyarakat adalah
suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan
akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara
ekonomi.
3.
Menurut Emile Durkheim masyarakat
merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4.
Menurut Paul B. Horton & C. Hunt
masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama
dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai
kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/
kumpulan manusia tersebut.
5.
Menurut Koentjaraningrat (1996):
masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem
adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh rasa
identitas bersama.
6.
Menurut Gillin (1954): masyarakat
adalah kelompok manusia yang besar yang mempunyai kebiasaan, sikap, tradisi dan
perasaan persatuan yang sama
Faktor-Faktor/Unsur-Unsur Masyarakat. Menurut
Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
1.
Berangotakan minimal dua orang.
2.
Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3.
Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang
menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan
hubungan antar anggota masyarakat.
4.
Menjadi sistem hidup bersama yang
menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota
masyarakat.
Ciri/Kriteria
Masyarakat Yang Baik. Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus
dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan/disebut sebagai masyarakat.
1.
Ada sistem tindakan utama.
2.
Saling setia pada sistem tindakan utama.
3.
Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang
anggota.
4.
Sebagian atan seluruh anggota baru didapat
dari kelahiran/reproduksi manusia
2.2 PENGERTIAN BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin
Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
à Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
à Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
à Menurut
Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma
sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
à Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
à Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa
perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Ada beberapa pendapat ahli yang
mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai
berikut:
- Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki
4 unsur pokok, yaitu:
- alat-alat teknologi
- sistem ekonomi
- keluarga
- kekuasaan politik
- Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang
meliputi:
- sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan
diri dengan alam sekelilingnya
- organisasi ekonomi
- alat-alat dan lembaga-lembaga
atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan
utama)
- organisasi kekuatan (politik)
2.3 Perubahan Sosial Budaya
Dalam teori HL blum tentang status
ksehatan,maka dijelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status
kesehatan, antara lain:
1. lingkungan yang terdiri dari
lingkungan fisik,social budaya,ekonomi,prilaku,keturunan,dan pelayanan
kesehatan.
2. Blum juga menjelaskan,bahwa
lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status
kesehatan,tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa
masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya
yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku
manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga dengan beranekaragam
budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk
dalam perilaku kesehatan.
Dengan masalah tersebut,maka petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar
budaya yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang
dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan
memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat.
Manusai adalah mahluk sosial yang
dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup
yang dinamakan masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian
masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya
maka ada beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2
bagian yaitu:
1. kesatuan sosial dan
2. pranata sosial.
Kesatuan sosial merupakan bentuk dan
susunan dari kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dengan kehidupan
masyarakat.sedangkan yang dimaksud , pranata sosial adalah himpunan
norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok
dalam kehidupan masyarakat. norma-norma tersebut memberikan petunjuk bagi
tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat. Kebudayaan. dalam
pengertian yang terbatas,banyak orang yang memberikan definisi kebudayaan
sebagai bangunan yang indah,candi,tari-tarian,seni suara dan seni rupa.
Taylor memberikan definisi
kebudayaan sebagai keseluruhan yang komleks yang didalamnya terkandung ilmu
pengetahuan,kepercayaan dan kemampuan kesenian.moral hukam adat istiadat dan
kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota
masyarakat.sedangkan menurut Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa kebudayaan
adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata
kelakuan yang haus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tesusun dalam
kehidupan masyarakat.
2.4 Pengertian Reproduksi
Sosial
Reproduksi
berasal dari bahasa Inggris re yang berarti kembali dan production yang
berarti produksi atau yang dihasilkan.1Sedangkan dalam Kamus Praktis
Bahasa Indonesia kata reproduksi diartikan hasil pembuatan ulang.2 Istilah
reproduksi digunakan dalam beberapa hal dalam sosiologi. Dalam setiap
penggunaan, istilah reproduksi mengandung arti penggantian orang atau struktur
dengan satu format baru yang mirip dengan yang asli, sehingga sistem sosial
dapat berlangsung terus. Definisi dasar dari reproduksi adalah memproduksi lagi
atau membuat salinan.
Reproduksi
juga dapat berarti menyalin apa yang ada di masa lalu, dan ini tidak mungkin
terjadi dengan cara yang tepat untuk masyarakat secara keseluruhan. Selalu ada
kondisi yang berubah baik menyangkutlingkungan, sosial, maupun ekonomi seiring
dengan proses perkembangan teknologi. Ada orang baru yang memiliki
karakteristik yang berbeda; seseorangberinteraksi dengan orang lain dengan cara
baru dan berbeda pula.3
Istilah
reproduksi sosial berbeda dengan produksi secara umum. Istilah produksi pada
umumnya mengacu pada produksi barang dan jasa sebagai komoditas (atau mungkin
sebagai barang publik seperti jalan atau infrastruktur telekomunikasi) dalam
perekonomian. Pada tingkat nasional, ini diukur dengan Produk Nasional
Bruto (PNB), jumlah total barang dan jasa yang dihasilkan di sebuah negara,
suatu ukuran yang dapat ditentukan cukupakurat. Sebaliknya, reproduksi sosial
mengacu pada tugas, bersama-sama dengan barang dan jasa, yang kesemuanya
diperlukan untuk memastikan bahwa reproduksi sosial sedang terjadi. Tidak
seperti produksi dalam perekonomian, banyak reproduksi sosial terjadi dalam
rumah tangga dalam bentuk waktu dan energi yang dihabiskan mengurus diri
sendiri atau orang lain. Beberapa reproduksi sosial juga terjadi di lembaga
publik seperti sekolah dan di lembaga-lembaga relawan dan organisasi
non-pemerintah.Penekanan dari reproduksi sosial adalah untuk menyertakan
reproduksi sosial sebagai kegiatan sosial yang bermakna yang diakui oleh semua
pihak dan biaya yang dibutuhkan juga ditanggung secara bersama-sama.
Merujuk
pada uraian di atas maka reproduksi sosial dapat diartikan sebagai proses untuk
melestarikan atau melanggengkan karakteristik struktur sosial tertentu atau
tradisi tertentu selama periode waktu tertentu juga.
2.5 Proses Lahirnya Teory
Reproduksi Sosial
Perspektif tentang reproduksi sosial merupakan pengembangan lebih
lanjut dari teori konflik-nya Karl Mark–perlu difahami lebih dulu tentang latar
belakang pemikiran Mark yakni adanya eksploitasi besar-besaran yang
dilakukan oleh para pemilih modal/pengusaha (kaum kapitalis yang dikenal juga
dengan istilah kaum borjuis) terhadap kaum buruh (yang disebut juga dengan kaum
proletar).-5
Teori
konflik menekankan adanya konflik sebagai faktor terjadinya perubahan sosial.
Berbeda dengan teori fungsional yang menghendaki keseimbangan dan stabilitas
dan menghindari perubahan sosial, teori ini lebih menekankan terjadinya
perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan sesuatu yang harus diwujudkan di
masyarakat. Faktor utama yang mendorongterjadinya perubahan sosial adalah
adanya konflik yang terjadi di masyarakat. Menurut Marx perubahan tidak saja
dianggap normal, tetapijustru dibutuhkan dan terus didorong untuk menghilangkan
ketidakadilan. Sehingga teori ini menekankan masyarakat sebagai
subyekperubahan. Menurut perspektif ini, seluruh
sistem pendidikan adalah alat untuk menyebarkan ideologi kelompok dominan.
Sehingga, pendidikan merupakan sarana untuk mencapai kemakmuran dan status
seseorang. Ketika seseorang gagal dalam mencapai tujuan itu, menurut mitos
tersebut, adalah hanya karena kesalannya sendiri bukan karena penyebab di luar
dirinya.
Kaum Marxis meyakini bahwa kontradiksi material adalah asal-muasal
dari segala sesuatu yang membuat hubungan antara sesama menjadi
centang-perentang. Manusia didorong oleh insting (naluri) untuk memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan adalah kontradiksi (masalah) karena ia membutuhkan
jawaban atau perlu diatasi. Karl Mark menyebutnya sebagai sebuah tatanan
sosial.6Sosialisme dianggap sebagai muara dari evolusi hubungan
manusia yang sejati karena di dalamnya kontradiksi dalam hubungan produksi
setara, berbeda dengan kapitalisme yang mana alat-alat produksi dikuasai secara
monopolis oleh sedikit orang (kapitalis). Sosialisme menghendaki adanya
sosialisasi alat-alat produksi dan sumber-sumber ekonomi, kepemilikan pribadi
(private property) terutama bagi aset-aset vital dan menentukan hajat hidup
orang banyak. Kepemilikan itulah yang menjadi sumber kontradiksi hubungan antar
manusia.
Pendekatan
Marxis menyebutkan tiga hal yang menjadi pokok persoalan dalam hubungan sosial
yakni: Deterministik bahwaseseorang tidak punya pilihan karena masa depan
mereka ditentukan oleh struktur ekonomi dan posisi mereka di dalamnya;
Struktural bahwaapapun yang dilakukan seseorang dalam struktur ekonomi akan
berakhir pada reproduksi itu sendiri; danMaterialis bahwa muara dari hubungan
sosial terpusat pada bahan serta kondisi ekonomi, struktur ekonomi dan
pekerjaan.7
Perspektif ini kemudian dikembangkan oleh Pierre
Bourdieu yang lantas melahirkan teori reproduksi sosial. Dua konsep utama dan
krusial bagi karya Bourdieu adalah istilah habitus dan ranah (field).
Konsep-konsep penting tersebut ditopang oleh sejumlah ide lain seperti
kekuasaan simbolik, strategi dan perjuangan (kekuasaan simbolik dan material),
beserta beragam jenis modal ekonomi, modal budaya dan modal simbolik.
Habitus
adalah struktur kognitif yang memperantarai individu dan realitas sosial.
Habitus juga merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman
individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang
ada di dalam ruang sosial. Habitus diindikasikan sebagai skema-skema yang merupakan
perwakilan konseptual dari benda-benda dalam realitas social. Dalam perjalanan
hidupnya manusia memiliki skema yang terinternalisasi dan melalui skema-skema
itu mereka mempersepsi, memahami menghargai serta mengevaluasi realitas social.
Berbagai skema tercakup didalam habitus seperti konsep ruang, waktu,
baik-buruk, sakit-sehat, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah,
atas-bawah, depan-belakang, kiri-kanan, indah-jelek, terhormat-terhina. Skema
tersebut diwujudkan didalam istilah sebagai hasil penamaan. Skema tersebut
membentuk struktur kognitif yang memberi kerangka acuan sebuah tindakan kepada
individu di dalam setiap keseharian mereka.Skema tersebut diatas dapat
dicontohkan dengan skema “sakit” yang merujuk pada suatu kondisi fisik yang tidak
menyenangkan yang dialami oleh manusia. Karena sakit tidak menyenangkan maka
tindakan manusia harus diarahkan untuk menghindarinya, termasuk menghindari
orang-orang yang mungkin menyebabkan munculnya kondisi sakit.
Habitus
juga dapat dikatakan sebagai ketidaksadaran kultural yakni pengaruh sejarah
yang tidak disadari dianggap alamiah. Oleh karena itu habitus bukanlah
pengetahuan ataupun ide bawaan. Habitus adalah produk sejarah yang terbentuk
setelah manusia lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang dan waktu
teretentu. Habitus menurut Bourdieu merupakan hasil pembelajaran melalui
pengasuhan aktivitas bermain, belajar, dan pendidikan masyarakat di dalam arti
luas. Pembelajaran yang dilakukan terkadang tidak kita sadari dan secara halus
dan tampil sebagai sesuatu yang wajar, sehingga akan kelihatan alamiah atau
berasal dari sananya. Habitus juga mencakup pengetahuan dan pemahaman seseorang
mengenai dunia yang memberikan konstribusi tersendiri pada realitas dunia itu.
Habitus juga berubah-ubah yang mengupayakan adanya kompromi dengan kondisi
material. Hal ini akan memberikan konstribusi baru untuk membangun sebuah
prinsip baru untuk memunculkan sebuah praktik di dalam individu.
Bourdie
menekankan bahwa habitus adalah konstruksi perantara bukan konstruksi yang
mendeterminasi. Habitus juga merupakan sebuah sifat yang tercipta karena
kebutuhan. Habitus berhubungan dengan harapan-harapan dalam kaitannya dalam
bentuk modal yang secara erat diimbangi dengan berbagai kemungkinan obyektif.
Habitus secara erat dihubungkan dengan modal karena sebagian habitus tersebut
yang berupa fraksi sosial dan budaya berperan sebagai pengganda berbagai jenis
modal. Dan pada kenyataannya ia menciptakan sebentuk modal simbolik didalam dan
dari diri mereka sendiri.
Ranah
diartikan sebagai sesuatu yang dinamis dimana ranah merupakan kekuatan yang
bersifat otonom dan didalamnya berlangsung perjuangan posisi-posisi. Perjuangan
ini di pandang mentransformasikan atau mempertahankan ranah kekuatan.
Posisi-posisi ditentukan oleh pembagian modal untuk para aktor yang berlokasi
di ranah tersebut. Ketika posisi telah dicapai maka mereka dapat melakukan
interaksi dengan habitus untuk menghasilkan sikap-sikap yang berbeda dan
memiliki efek tersendiri pada ekonomi.
Bourdieu
mencoba memberikan contoh ranah yang digambarkan di dalam analisisnya tentang
pendidikan tinggi di Prancis, dimana penggambaran ranah ada pada seluruh
fakultas, grande ecole, petite ecole dan sekolah-sekolah tinggi teknik. Aspek
utama yang mengkarakteristikkan seluruh institusi ini dan juga mahasiswa yang
beserta aspirasi yang mereka miliki tentang pendidikan merupakan integrasi
antara praktik pendidikan dan struktur objektif. Mahasiswa Paris berhadapan
dengan berbagai prospek kerja yang sangat bergantung pada kualitas gelar mereka
dan pada peringkat sebagai simbolik dan objektif sekolah tersebut di dalam
ranah pendidikan. Sehingga ranah bukanlah suatu konstruksi teoritis yang
diberlakukan secara apriori, tetapi suatu konstruksi yang hanya dapat
ditentukan melalui riset empiris dan penelitian etnografis.
Ruang
sosial sebagai bentuk dari ranah memandang realitas sosial sebagai topologi
(ruang) yang terdiri dari beragam ranah yang memiliki sejumlah hubungan antara
satu dengan yang lainnya. Ruang sosial hendaknya dilihat pada tingkat abstraksi
yang lebih tinggi sebagai sebuah ranah kekuatan. Ide mengenai ruang sosial
tidak dapat dipaksakan secara apriori melainkan harus dimengerti dari
pengamatan empiris, coraknya yang tepat, dan konfiguirasi kekutan-kekuatannya
yang diperoleh dari bukti yang tersedia.
Bourdieu dipandang
telah mampu menjelaskan secara komprehensif bagaimana terjadinya praktik
sosial. Bourdieu berhasil merumuskan sebuah teori tentang praktik sosial yang
memberi kerangka bagi analisis terhadap kehidupan sosial secara indigenous.
Dengan konsep habitus, ranah, modal atau kapital dan praktik yang dapat
digunakan untuk menggali keunikan yang ada didalam masyarakat mulai dari
karakteristik subjektif individu sampai karakteristik dari struktur objektif.
Konsep tersebut digunakan untuk memahami hubungan antara agensi dan struktur
yang tidak linier dan khas yang ada di dalam masyarakat. Dengan metode tersebut
kita dapat memahami bagaimana sebuah nilai, norma, pengetahuan dan tindakan
sosial itu terbentuk
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Untuk
mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan
sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap
aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan
lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan
sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang
positif yang menekankan pada sumber-sumber social, budaya dan personal. Dengan
teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga
hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara
memperbaiki 4 aspek utama kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku
dan pelayanan kesehatan.
3.2
SARAN
Berbagai definisi
tentanng nilai budfaya dan semakin berkembangnya kebudayaan di Indonesia,
sebaiknya kita jadikan acuan untuk tidak melupakan budaya kita. Jangan biarkan
budaya kita tergerus oleh kemajuan zaman dan teknologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar