Senin, 17 Desember 2012

MAKALAH ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SISTEM REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN ANAK


MAKALAH ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SISTEM REPRODUKSI DAN PERKEMBANGAN ANAK


Disusun oleh :
1.       Anton  Fathoni
2.      Elvitiana
3.      Lutfiana Pradita
4.      M. Dhany Rachman
5.      Subekti Latif
6.      Yuda Pandu Nova



S1 KEPERAWATAN (B)
STIKES PEMKAB JOMBANG
2012-2013




KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, inayah serta nikmat yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari semua pihak penulisan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan hingga terselesainya makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing.
Penulis berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan makalah ini semaksimal mungkin, akan tetapi kami juga tidak mengelak bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak senantiasa kami harapkan untuk menyempurnakan pembuatan makalah ini dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridha’Nya sehingga makalah ini .dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan yang menulis khususnya.



                                             Jombang,26 Oktober 2012      

                                Penulis              







DAFTAR ISI
Halaman Judul  .........................................................................................................
Kata Pengantar  .........................................................................................................
Daftar Isi  ..................................................................................................................
Bab I Pendahuluan.....................................................................................................
1.1  Latar Belakang...............................................................................................            
1.2  Rumusan Masalah .........................................................................................
1.3  Tujuan............................................................................................................            
Bab II Pembahasan....................................................................................................
2.1  Pengertian Masyarakat ......................................................................... .........
2.2  Pengertian Budaya.........................................................................................
2.3  Perubahan Sosial Budaya..................................................................... .........
2.4  Pengertian Reproduksi Sosial.........................................................................
2.5  Proses Lahirnya Teory Reproduksi Sosial......................................................
Bab III Penutup ............................................................................................... .........
3.1  Kesimpulan  ......................................................................................... .........
3.2  Saran ..............................................................................................................













BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Secara umum masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat  penting dan tidak bisa dipisahkan dari seluruh rangkaian kehidupan manusia. Kebanyakan manusia memandang pendidikan sebagai sebuah kegiatan mulia yang akan mengarahkannya pada nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan merupakan suatu perbuatan, tindakan  dan praktek. Namun demikian pendidikan tidak dapat diartikan sebagai satu hal yang mudah, sederhana dan tidak memerlukan pemikiran, karena istilah pendidikan sebagai praktek, mengandung implikasi pemahaman akan arah dan tujuan. Proses pendidikan bukan hanya sekedar lahiriah dan suatu perilaku kosong saja. Pendidikan diarahkan untuk mencapai maksud arah dan tujuan ke arah sikap, perilaku dan kemampuan serta pengetahuan yang diharapkan akan menjadi pegangan bagi anak didik dalam melaksanakan tugas hidupnya secara bertanggungjawab  dan dapat menjadi manusia seutuhnya sebagaimana tujuan yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah
1.       Apakah yang dimaksud dengan Masyarakat ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan Budaya ?
3.      Apakah yang dimaksud dengan perubahan social budaya ?
4.      Apakah pengertian dari reproduksi sosial?
5.      Bagaimanakahproses lahirnya teori reproduksi sosial?

1.3 Tujuan
1.       Agar kita mengetahui apa saja aspek aspek social budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan.
2.      Pengertian reproduksi sosial




BAB II
PEMBAHASAN

2.1     PENGERTIAN MASYARAKAT
      Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dsb manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat. Adapun pengertian masyarakat menurut para ahli antara lain :
1.       Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2.      Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3.      Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
4.      Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/ kumpulan manusia tersebut.
5.      Menurut Koentjaraningrat (1996): masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh rasa identitas bersama.
6.      Menurut Gillin (1954): masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang mempunyai kebiasaan, sikap, tradisi dan perasaan persatuan yang sama
Faktor-Faktor/Unsur-Unsur Masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :
1.       Berangotakan minimal dua orang.
2.      Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3.       Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
4.      Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Ciri/Kriteria Masyarakat Yang Baik. Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan/disebut sebagai masyarakat.
1.       Ada sistem tindakan utama.
2.      Saling setia pada sistem tindakan utama.
3.       Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
4.       Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi  manusia
2.2    PENGERTIAN BUDAYA
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
à Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
à Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
à Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
à Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
à Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
  1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
    • alat-alat teknologi
    • sistem ekonomi
    • keluarga
    • kekuasaan politik
  2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
    • sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
    • organisasi ekonomi
    • alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
    • organisasi kekuatan (politik)

2.3    Perubahan Sosial Budaya
Dalam teori HL blum tentang status ksehatan,maka dijelaskan tentang beberapa faktor yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain:
1.      lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik,social budaya,ekonomi,prilaku,keturunan,dan pelayanan kesehatan.
2.      Blum juga menjelaskan,bahwa lingkungan sosial budaya tersebut tidak saja mempengaruhi status kesehatan,tetapi juga mempengaruhi perilaku kesehatan.


Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa yang mempunyai latar budaya yang beraneka ragam.lingkungan budaya tersebut sangat mepegaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut,sehingga dengan beranekaragam budaya,menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
Dengan masalah tersebut,maka petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar budaya yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budaya dan masyarakat yang dilayaninya,agar pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat akan memberikan hasil yang optimal,yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat.
Manusai adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat.dengan definisi tersebut,Ternyata pengertian masyarakat masih dirasakan luas dan abstrak sehingga untuk lebih konkretnya maka ada beberapa unsur masyarakat,unsur masyarakat dikelompokan menjadi 2 bagian yaitu:
1.      kesatuan sosial dan
2.      pranata sosial.

Kesatuan sosial merupakan bentuk dan susunan dari kesatuan-kesatuan individu yang berinteraksi dengan kehidupan masyarakat.sedangkan yang dimaksud , pranata sosial adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. norma-norma tersebut memberikan petunjuk bagi tingkah laku seseorang yang hidup dalam masyarakat. Kebudayaan. dalam pengertian yang terbatas,banyak orang yang memberikan definisi kebudayaan sebagai bangunan yang indah,candi,tari-tarian,seni suara dan seni rupa.
Taylor memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang komleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,kepercayaan dan kemampuan kesenian.moral hukam adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.sedangkan menurut Koentjaraningrat mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang haus didapatkannya dengan belajar dan yang semuanya tesusun dalam kehidupan masyarakat.

2.4  Pengertian Reproduksi Sosial
Reproduksi berasal dari bahasa Inggris re yang berarti kembali dan production yang berarti produksi atau yang dihasilkan.1Sedangkan dalam Kamus Praktis Bahasa Indonesia kata reproduksi diartikan hasil pembuatan ulang.2 Istilah reproduksi digunakan dalam beberapa hal dalam sosiologi. Dalam setiap penggunaan, istilah reproduksi mengandung arti penggantian orang atau struktur dengan satu format baru yang mirip dengan yang asli, sehingga sistem sosial dapat berlangsung terus. Definisi dasar dari reproduksi adalah memproduksi lagi atau membuat salinan.
Reproduksi juga dapat berarti menyalin apa yang ada di masa lalu, dan ini tidak mungkin terjadi dengan cara yang tepat untuk masyarakat secara keseluruhan. Selalu ada kondisi yang berubah baik menyangkutlingkungan, sosial, maupun ekonomi seiring dengan proses perkembangan teknologi. Ada orang baru yang memiliki karakteristik yang berbeda; seseorangberinteraksi dengan orang lain dengan cara baru dan berbeda pula.3
Istilah reproduksi sosial berbeda dengan produksi secara umum. Istilah produksi pada umumnya mengacu pada produksi barang dan jasa sebagai komoditas (atau mungkin sebagai barang publik seperti jalan atau infrastruktur telekomunikasi) dalam perekonomian. Pada tingkat nasional, ini diukur dengan Produk Nasional Bruto (PNB), jumlah total barang dan jasa yang dihasilkan di sebuah negara, suatu ukuran yang dapat ditentukan cukupakurat. Sebaliknya, reproduksi sosial mengacu pada tugas, bersama-sama dengan barang dan jasa, yang kesemuanya diperlukan untuk  memastikan bahwa reproduksi sosial sedang terjadi. Tidak seperti produksi dalam perekonomian, banyak reproduksi sosial terjadi dalam rumah tangga dalam bentuk waktu dan energi yang dihabiskan mengurus diri sendiri atau orang lain. Beberapa reproduksi sosial juga terjadi di lembaga publik seperti sekolah dan di lembaga-lembaga relawan dan organisasi non-pemerintah.Penekanan dari reproduksi sosial  adalah untuk menyertakan reproduksi sosial sebagai kegiatan sosial yang bermakna yang diakui oleh semua pihak dan biaya yang dibutuhkan juga ditanggung secara bersama-sama.
Merujuk pada uraian di atas maka reproduksi sosial dapat diartikan sebagai proses untuk melestarikan atau melanggengkan karakteristik struktur sosial tertentu atau tradisi tertentu selama periode waktu tertentu juga.
2.5  Proses Lahirnya Teory Reproduksi Sosial
Perspektif tentang reproduksi sosial merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori konflik-nya Karl Mark–perlu difahami lebih dulu tentang latar belakang pemikiran Mark yakni  adanya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh para pemilih modal/pengusaha (kaum kapitalis yang dikenal juga dengan istilah kaum borjuis) terhadap kaum buruh (yang disebut juga dengan kaum proletar).-5
Teori konflik menekankan adanya konflik sebagai faktor terjadinya perubahan sosial. Berbeda dengan teori fungsional yang menghendaki keseimbangan dan stabilitas dan menghindari perubahan sosial,  teori ini lebih menekankan terjadinya perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan sesuatu yang harus diwujudkan di masyarakat. Faktor utama yang mendorongterjadinya perubahan sosial adalah adanya konflik yang terjadi di masyarakat. Menurut Marx perubahan tidak saja dianggap normal, tetapijustru dibutuhkan dan terus didorong untuk menghilangkan ketidakadilan. Sehingga teori ini menekankan masyarakat sebagai subyekperubahan. Menurut perspektif ini, seluruh sistem pendidikan adalah alat untuk menyebarkan ideologi kelompok dominan. Sehingga, pendidikan merupakan sarana untuk mencapai kemakmuran dan status seseorang. Ketika seseorang gagal dalam mencapai tujuan itu, menurut mitos tersebut, adalah hanya karena kesalannya sendiri bukan karena penyebab di luar dirinya.
Kaum Marxis meyakini bahwa kontradiksi material adalah asal-muasal dari segala sesuatu yang membuat hubungan antara sesama menjadi centang-perentang. Manusia didorong oleh insting (naluri) untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan adalah kontradiksi (masalah) karena ia membutuhkan jawaban atau perlu diatasi. Karl Mark menyebutnya sebagai sebuah tatanan sosial.6Sosialisme dianggap sebagai muara dari evolusi hubungan manusia yang sejati karena di dalamnya kontradiksi dalam hubungan produksi setara, berbeda dengan kapitalisme yang mana alat-alat produksi dikuasai secara monopolis oleh sedikit orang (kapitalis). Sosialisme menghendaki adanya sosialisasi alat-alat produksi dan sumber-sumber ekonomi, kepemilikan pribadi (private property) terutama bagi aset-aset vital dan menentukan hajat hidup orang banyak. Kepemilikan itulah yang menjadi sumber kontradiksi hubungan antar manusia.
Pendekatan Marxis menyebutkan tiga hal yang menjadi pokok persoalan dalam hubungan sosial yakni: Deterministik bahwaseseorang tidak punya pilihan karena masa depan mereka ditentukan oleh struktur ekonomi dan posisi mereka di dalamnya; Struktural bahwaapapun yang dilakukan seseorang dalam struktur ekonomi akan berakhir pada reproduksi itu sendiri; danMaterialis bahwa muara dari hubungan sosial terpusat pada bahan serta kondisi ekonomi, struktur ekonomi dan pekerjaan.7
Perspektif ini kemudian dikembangkan oleh Pierre Bourdieu yang lantas melahirkan teori reproduksi sosial. Dua konsep utama dan krusial bagi karya Bourdieu adalah istilah habitus dan ranah (field). Konsep-konsep penting tersebut ditopang oleh sejumlah ide lain seperti kekuasaan simbolik, strategi dan perjuangan (kekuasaan simbolik dan material), beserta beragam jenis modal ekonomi, modal budaya dan modal simbolik.
Habitus adalah struktur kognitif yang memperantarai individu dan realitas sosial. Habitus juga merupakan struktur subjektif yang terbentuk dari pengalaman individu berhubungan dengan individu lain dalam jaringan struktur objektif yang ada di dalam ruang sosial. Habitus diindikasikan sebagai skema-skema yang merupakan perwakilan konseptual dari benda-benda dalam realitas social. Dalam perjalanan hidupnya manusia memiliki skema yang terinternalisasi dan melalui skema-skema itu mereka mempersepsi, memahami menghargai serta mengevaluasi realitas social. Berbagai skema tercakup didalam habitus seperti konsep ruang, waktu, baik-buruk, sakit-sehat, untung-rugi, berguna-tidak berguna, benar-salah, atas-bawah, depan-belakang, kiri-kanan, indah-jelek, terhormat-terhina. Skema tersebut diwujudkan didalam istilah sebagai hasil penamaan. Skema tersebut membentuk struktur kognitif yang memberi kerangka acuan sebuah tindakan kepada individu di dalam setiap keseharian mereka.Skema tersebut diatas dapat dicontohkan dengan skema “sakit” yang merujuk pada suatu kondisi fisik yang tidak menyenangkan yang dialami oleh manusia. Karena sakit tidak menyenangkan maka tindakan manusia harus diarahkan untuk menghindarinya, termasuk menghindari orang-orang yang mungkin menyebabkan munculnya kondisi sakit.
Habitus juga dapat dikatakan sebagai ketidaksadaran kultural yakni pengaruh sejarah yang tidak disadari dianggap alamiah. Oleh karena itu habitus bukanlah pengetahuan ataupun ide bawaan. Habitus adalah produk sejarah yang terbentuk setelah manusia lahir dan berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang dan waktu teretentu. Habitus menurut Bourdieu merupakan hasil pembelajaran melalui pengasuhan aktivitas bermain, belajar, dan pendidikan masyarakat di dalam arti luas. Pembelajaran yang dilakukan terkadang tidak kita sadari dan secara halus dan tampil sebagai sesuatu yang wajar, sehingga akan kelihatan alamiah atau berasal dari sananya. Habitus juga mencakup pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai dunia yang memberikan konstribusi tersendiri pada realitas dunia itu. Habitus juga berubah-ubah yang mengupayakan adanya kompromi dengan kondisi material. Hal ini akan memberikan konstribusi baru untuk membangun sebuah prinsip baru untuk memunculkan sebuah praktik di dalam individu.
Bourdie menekankan bahwa habitus adalah konstruksi perantara bukan konstruksi yang mendeterminasi. Habitus juga merupakan sebuah sifat yang tercipta karena kebutuhan. Habitus berhubungan dengan harapan-harapan dalam kaitannya dalam bentuk modal yang secara erat diimbangi dengan berbagai kemungkinan obyektif. Habitus secara erat dihubungkan dengan modal karena sebagian habitus tersebut yang berupa fraksi sosial dan budaya berperan sebagai pengganda berbagai jenis modal. Dan pada kenyataannya ia menciptakan sebentuk modal simbolik didalam dan dari diri mereka sendiri.
Ranah diartikan sebagai sesuatu yang dinamis dimana ranah merupakan kekuatan yang bersifat otonom dan didalamnya berlangsung perjuangan posisi-posisi. Perjuangan ini di pandang mentransformasikan atau mempertahankan ranah kekuatan. Posisi-posisi ditentukan oleh pembagian modal untuk para aktor yang berlokasi di ranah tersebut. Ketika posisi telah dicapai maka mereka dapat melakukan interaksi dengan habitus untuk menghasilkan sikap-sikap yang berbeda dan memiliki efek tersendiri pada ekonomi.
Bourdieu mencoba memberikan contoh ranah yang digambarkan di dalam analisisnya tentang pendidikan tinggi di Prancis, dimana penggambaran ranah ada pada seluruh fakultas, grande ecole, petite ecole dan sekolah-sekolah tinggi teknik. Aspek utama yang mengkarakteristikkan seluruh institusi ini dan juga mahasiswa yang beserta aspirasi yang mereka miliki tentang pendidikan merupakan integrasi antara praktik pendidikan dan struktur objektif. Mahasiswa Paris berhadapan dengan berbagai prospek kerja yang sangat bergantung pada kualitas gelar mereka dan pada peringkat sebagai simbolik dan objektif sekolah tersebut di dalam ranah pendidikan. Sehingga ranah bukanlah suatu konstruksi teoritis yang diberlakukan secara apriori, tetapi suatu konstruksi yang hanya dapat ditentukan melalui riset empiris dan penelitian etnografis.
Ruang sosial sebagai bentuk dari ranah memandang realitas sosial sebagai topologi (ruang) yang terdiri dari beragam ranah yang memiliki sejumlah hubungan antara satu dengan yang lainnya. Ruang sosial hendaknya dilihat pada tingkat abstraksi yang lebih tinggi sebagai sebuah ranah kekuatan. Ide mengenai ruang sosial tidak dapat dipaksakan secara apriori melainkan harus dimengerti dari pengamatan empiris, coraknya yang tepat, dan konfiguirasi kekutan-kekuatannya yang diperoleh dari bukti yang tersedia.
Bourdieu dipandang telah mampu menjelaskan secara komprehensif bagaimana terjadinya praktik sosial. Bourdieu berhasil merumuskan sebuah teori tentang praktik sosial yang memberi kerangka bagi analisis terhadap kehidupan sosial secara indigenous. Dengan konsep habitus, ranah, modal atau kapital dan praktik yang dapat digunakan untuk menggali keunikan yang ada didalam masyarakat mulai dari karakteristik subjektif individu sampai karakteristik dari struktur objektif. Konsep tersebut digunakan untuk memahami hubungan antara agensi dan struktur yang tidak linier dan khas yang ada di dalam masyarakat. Dengan metode tersebut kita dapat memahami bagaimana sebuah nilai, norma, pengetahuan dan tindakan sosial itu terbentuk








BAB III
PENUTUP
3.1   KESIMPULAN
1.       Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan, dan mengubah atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber social, budaya dan personal. Dengan teori Blum ini kita dapat memperbaiki kondisi lingkungan yang buruk, dan juga hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan. Seperti dengan cara memperbaiki 4 aspek utama  kesehatan, yaitu genetik, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.
3.2   SARAN
Berbagai definisi tentanng nilai budfaya dan semakin berkembangnya kebudayaan di Indonesia, sebaiknya kita jadikan acuan untuk tidak melupakan budaya kita. Jangan biarkan budaya kita tergerus oleh kemajuan zaman dan teknologi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar